Selasa, 08 Juni 2010

Death Perception


Hai :)
Baiklah, kali ini saya akan mulai menulis lagi.
Membagi cerita di dunia maya ini adalah salah satu cara yang menenangkan.
Karna, menurutku apa yang kutulis... Apa yang ada difikiranku, akan diketahui oleh orang lain tanpa kuketahui siapa mereka.

Pagi ini hujan.
Membuatku berfikir banyak hari ini.
Setelah menonton berita tentang kejahatan manusia yang dilakukan Israel terhadap Kapal Relawan Mavi Marmara, aku bergegas mandi.
Masih hujan ketika aku menulis tulisan ini.

Langsung saja kita mulai berpersepsi.
Kali ini saya ingin membahas soal kehidupan dan kematian.
Apa yang membuat saya ingin membahas mereka -kedua topik itu- ditulisan pertama saya di blog ini?
You can deny that I'm Exist, benar... mereka yang kita bahas adalah sebuah kenyataan yang terkadang semu untuk disadari.
Saya hanya berumur 17 tahun, saya belum memiliki cukup asam garam dalam pemahaman hal seperti ini.
Lalu, katakan padaku... apakah usia menjanjikan akan sebuah pemahaman yang lebih baik? Tidak.
kalau begitu izinkan saya untuk berbicara lebih banyak.

Klise, kematian pasti akan datang....
Sendiri. Tak terdeteksi, tak berbau dan tak tersentuh.
Kau ataupun aku takkan pernah menjamahnya, dia hanya menghampiri. Disaat yang tepat, tidak pernah tidak tepat.
Jadi jika sudah saatnya, pasti, pasti menjemput kita.

Masalahnya, tidak terdeteksi ini lah yang membuat kebanyakan orang lupa diri.
Mengingat kematian harusnya sejalan dengan menjalani kehidupan, karna bukan aku ataupun kau disana yang sama-sama hidup
punya alasan bagaimana memisahkan antara kehidupan dengan kematian.
Orang-orang berkata kematian mungkin datang mendadak? benarkah?
Ntahlah. Aku sendiri tidak tahu.
Apa yang membuat seseorang sadar akan dosa atau kesalahan dan kejahatan yang pernah Ia lakukan?
Apakah setiap orang dengan tingkat pendidikan dan pemahaman yang berbeda mengerti akan kematian ?
Bukankah kita bukan hanya hidup lalu mati dan berakhir begitu saja?
Bukankah masih ada kehidupan selanjutnya? Kehidupan dimana kita membayar/ mempertanggungjawabkan atas apa-apa yang pernah kita lakukan?

Begitu banyak kata-kata yang ada dikepalaku. Susah untuk menuliskannya.
Lebih baik kita bicara. Dari hati ke hati.
Bagaimana jika setelah ini aku atau kau mati atau meninggal? Apakah kita sudah siap?
Apa yang membuat kita merasa siap?
Apakah... Apakah kau punya keyakinan seberapa lama lagi kau akan hidup?
Bagaimana jika besok saja kau mati? Apa yang harus kau selesaikan? Urusan mana yang ingin kau urusi?
Siapa2 saja yang ingin kau temui? Apakah kau takut ? karna... nanti kau akan sendiri. Sendiri seperi saat kau dilahirkan.
Dan kau akan kembali. kembali kepada-Nya yang Maha Segalanya.

Lalu, apa yang kau tahu tentang apa yang terjadi jika nanti sudah mati?
orang telah mati tidak pernah kembali dan menjabarkan apa-apa yang Ia alami.
Lalu bagaimanan aku dan kau bisa memahami kematian?

Orang yang bijak adalah orang yang mengingat kematian.
Benar, saat mengingat kematian apa yang kau lihat?
Dosa? Atau Kebaikan-kebaikanmu?
Kesalahanmu atau kebenaranmu?
Kebohongan atau kejujuranmu?
Sampai saat dimana rasa kesendirian akan terasa jelas.
Ntahlah...

Aku rasa cukup dulu sampai diisini :)
Aku juga tak mengerti. Hm..
Tulisan ini ditujukan tidak hanya untuk kau, meraka atau siapapun disana, tapi juga untuk diri saya sendiri -yang masih bernafas, dan sedang mencari jati diri-.

0 komentar:

Posting Komentar